10 Januari 2013

Obat Hati





Haris HS | 00.48 | 0 Comments



Tombo Ati Lagu Lintas Zaman

Tombo ati iku limo perkarane
kaping pisan moco Qur’an lan maknane
kaping pindo sholat wengi lakonono
kaping telu wong kang sholeh kumpulono
kaping papat kudu weteng ingkang luwe
kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
salah sawijine sopo biso ngelakoni
mugi-mugi Gusti Allah njembatani



lagu ini di ciptakan oleh Sunan Bonang (1465-1525), lagu Tombo Ati menurut sejarah merupakan lagu yang populer di kalangan Pesantren dan rakyat tidak di pungkiri dengan lirik yang mudah di nyannyikan mudah juga di hafalkan, pada tahun 2005 Opick (Aunurofiq Lil Firdaus ) salah seorang penyanyi religi berusaha mengankat lagu Tombo Ati agar dapat kembali populer seperti zaman Sunan Bonang, Sebelum Opick lagu Tombo Ati juga pernah di bawakan oleh Emha Ainun Nadjib bersama Kyai Kanjeng.

Tombo Ati sebuah lagu yang sederhana mudah di hafal tapi sangat berat maknanya,mari kita lihat satu persatu apa yang ada di dalam lagu Tombo Ati;

1.Moco Qur'an lan Maknane ( Membaca Al-qur'an dan Maknanya)

Membaca Quran tentu tidak cukupdengan mengucapkannya. Jika hanya mengucapkan saja, maka kita tidak akan dapat makna yang terkandung di dalamnya. Salah-salah Al Quran justru mengutuki kita jika kita salah dalam membaca Al-Qur'an.

Ilmu Al Quran ini sebenarnya khazanah ilmu, Ilmunya berlapis lapis. Dari ilmu tentang Al Quran itu sendiri, kemudian ilmu tentang pembagian ayat-ayat dan sejarah diturunkannya, lalu tentang perintah dan larangan Allah, ilmu-ilmu mengenai sejarah umat yang lalu, khabar masa depan, sampai ke perkara yang ghaib seperti malaikat,jin,surga neraka,dan tentu saja tentang Allah itu sendiri. Dari ilmu-ilmu seperti fisika, biologi, sejarah, geografi, politik, ekonomi bahkan juga tentang formulasi-formulasi khusus untuk menyelesaikan permasalahan umat di suatu jaman.

Belum lagi ilmu-ilmu implisit seperti hukum-hukum yang hanya bisa tergali oleh seorang Mujtahid (seseorang yang memenuhi kriteria untuk dapat dengan sah menarik hukum langsung dari Al Quran dan Hadits). Begitu juga juga ilmu-ilmu implisit yang jika diekplisitkan menjadi seperti ilmu yang dimiliki oleh seorang wali Allah bernama Asif Barkhaya di jaman Nabi Sulaiman. Dengan izin ALlah, beliau mampu mengungguli kemampuan bangsa jin dalam memindahkan singgasana Ratu Balqis dari Yaman ke tempat Nabi Sulaiman di Palestina yang jaraknya hampir 5000 km.

"Berkatalah seseorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu sebelum matamu berkedip" [An Naml: 27]

Ternyata membaca makna Al Quran bukan perkara yang mudah. Tidak sembarang orang mampu menggali mutiara-mutiara Al Quran yang berharga. Mutiara adalah sesuatu yang tersembunyi yang tidak mudah diperoleh. Oleh karena itu, jika kita ingin mencari solusi paling tepat bagi permasalahan umat di suatu jaman, setidaknya kita harus mencari ulama bertaraf mujaddid di jaman itu yang benar-benar bisa dengan tepat "Moco Quran sak Maknane".

2.Sholat Wengi Lakonano ( Sholat Malam Dirikanlah)

 Sholat adalah suatu ibadah yang sangat berat. Berat untuk melaksanakannya, berat ketika melaksanakannya, berat dalam memenuhi tuntutannya. Ketika kita sedang sibuk dengan dunia, mudahkah kita meninggalkannya untuk mendirikan sholat di atas waktunya? Begitu juga dengan sholat malam yang sunnat saja hukumnya. Tentu bukan perkara yang mudah untuk menjalankannya,apalagi untuk bisa konsisten/ istiqamah.

Sholat juga berat dalam pelaksanaanya. Berakhlak dengan Allah ketika menghadap-Nya? Sedangkan menghadap Raja saja sesorang akan begitu bersungguh-sungguh, berakhlak, penuh hormat, disertai rasa harap dan cemas. Menghadap Raja dari Raja seluruh alam, tentunya lebih-lebih lagi. Ketika bertakbir, terasakah Tuhan adalah segala-galanya? Ketika tubuh kita ruku, apakah hati kita ikut ruku? Ketika tubuh kita sujud, apakah hati kita ikut sujud? Merendahkan diri serendah-rendahnya, menghina diri di hadapan-Nya, merasa diri lemah dan kerdil selayaknya seorang hamba, membuang semua mazmumah (sifat jahat) dan kesombongan?

Karena itulah dari sholat yang dihayati dan tepat lahir batinnya akan muncul sebuah pribadi agung. Pribadi yang subur dengan mahmudah (sifat terpuji), ikhlas, tawadhu', merendah diri, berakhlak dan berkasih sayang sesama manusia. Itulah beratnya tuntutan sholat. Karena itulah dikatakan sholat yang benar mampu mencegah manusia dari berbuat kejahatan.

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain)." (Al Ankabut: 45)

Jika sholat kita belum mengubah perangai kita, belum mencegah kita dari melakukan kejahatan, korupsi, penipuan, menyakiti sesama, tentu sholat-sholat kita belum menjadi Tombo Ati.

3. Wongkang Sholeh Kumpulono ( Berkumpullah Dengan orang-orang Saleh)

Siapakah yang dikatakan orang sholeh? Predikat sholeh ternyata tidak bisa dinilai dari lahiriyah semata. Terlihat lebih taat bukan ukuran untuk menilai kesholehan seseorang. Untuk dapat memahami predikat sholeh ini kita perlu mengetahui peringkat-peringkat iman dan peringkat-peringkat nafsu.

Di dalam Islam dikenal ada lima peringkat iman,yaitu:

a.Iman Taqlid. yaitu sekedar mengakui keberadaan Tuhan tetapi tidak memiliki dasar ilmu atau argumentasi. Mungkin ikut kata orang tua, mereka katakan ada Tuhan, ya Tuhan adalah kalau begitu. Jika ditanyakan apa buktinya Tuhan itu ada, tidak bisa menjawab.

b. Iman Ilmu. Di peringkat ini iman seseorang baru dapat dikatakan sah. Iman yang dimiliki sudah berdasrkan pada ilmu. Salah satu kaedah/ metode untuk mengesahkan iman adalah dengan Kaedah Sifat 20. Sebuah formulasi untuk membantu kita mengenal Allah yang disusun oleh Abu Hassan Al Asy'ari, mujaddid di abad ke-4 Hijriyah. Dengan demikian orang yang mengerti tentang 20 sifat wajib bagi Allah (beserta 20 sifat mustahil dan 1 sifat mubah) dapat dikatakan tahu tentang Allah.

c. Iman Ayan. Sekedar tahu tentang Allah saja belum mampu menjaga seseorang dari bebuat dosa dan kejahatan karena ilmu itu masih berada di akal. Belum jatuh ke hati. Tahu Tuhan berbeda dengan kenal Tuhan. Seseorang yang kenal Tuhan sudah hidupdalam hatinya rasa cinta dan takut Tuhan. Senantiasa merasa dalam penglihatan, pendengaran dan pengetahuan-Nya. Terasa peranan dan kerja-kerja Tuhan. Jiwanya hidup denga rasa ber-Tuhan dan rasa kehambaan. Iman di akal telah dihayati oleh hati. Di peringkat inilah, seseorang akan terpelihara dari berbuat dosa dan kesalahan.
 Sesungguhnya orang beriman melihat dosa seperti ia berada di lereng gunung dan takut kalau-kalau gunung itu menimpanya. [H.R Bukhari]

d. Iman Haq. Inilah peringkat iman para Auliya (wali Allah). Perkara dunia ini tidak lagi menipu mereka dan tidak menghalangi 'penglihatan' mereka kepada Tuhan. Mereka selalu merasakan peranan dan kerja Tuhan dalam setiap perkara. Dunia ibarat najis bagi mereka, walaupun dunia berada tangan mereka. Bahkan mereka menghidari perkara yang mubah karena hanya akan memperlama perhitungan/ hisab di akhirat. Para sahabat Rasulullah umumnya berada di peringkat ini.

e. Iman Hakikat. Peringkat iman tertinggi, peringat para Nabi, Rasul dan wali-wali besar termasuk diantaranya Khulafaur Rasyidin. Mereka senantiasa tenggelam dalam kerinduan dan cinta kepada Allah setiap saat. Mereka inilah golongan super-scale di akhirat, yang dijanjikan Syurga tanpa hisab.

Sedangkan tujuh peringkat nafsu:

a. Nafsu Ammarah. Keadaan nafsu seseorang yang senantiasa mengajak berbuat kejahatan. Bahkan bangga dengan kejahatan itu. Misalkan setelah memukul orang, diceritakannya pula dengan bangga kepada orang lain. Jika berhasil menipu orang, terasa hebat dan bangga dengan perbuatan itu. Jika mendapat perlakuan jahat, maka hal itu akan menjadi pembenaran untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri.

             "Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan" [Yusuf: 25]

b. Nafsu Lawammah. Nafsu yang ketika berbuat dosa atau kejahatan maka akan terasa berdosa dan sedih. Meskipun begitu masih akan dilakukannya lagi perbuatan itu karena lemah bermujahadah (berjuang) melawan nafsu.

c. Nafsu Mulhamah. Di peringkat ini nafsu seseorang sudah tunduk kepada apa yang dikehendaki Tuhan. Hanya saja jika keadaan lingkungan berubah, masih bisa terpengaruh. Jika terbuat dosa, akan hilang kebahagiaan. Ia akan sangat menyesal dan segera bertaubat.

d. Nafsu Mutmainnah. Nafsu mutmainnah adalah nafsu yang tenang. Tidak lagi terpengaruh oleh kesenangan atau kesedihan, pujian maupun hinaan. Inilah nafsu wali-wali kecil.

"Hai jiwa yang tenang (mutmainah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya" [Al Fajr 27-28]

e. Nafsu Radhiah. Nafsu yang telah ridho dengan segala ketentuan Tuhan.

f. Nafsu Mardhiah. Nafsu yang Tuhan pun redho dengannya. Jika ia menghendaki sesuatu maka Allah akan mewujudkannya.

g. Nafsu Kamillah. Peringkat nafsu para Rasul dan Nabi. Nafsu mereka senantiasa terpimpin oleh wahyu.

Dengan mengacu pada peringkat-peringkat iman dan nafsu di atas, sebenarnya yang dimaksud dengan predikat sholeh adalah mereka yang setidaknya memiliki peringkat iman Ayan dan nafsu Mulhammah. Lebih tinggi dari peringkat itu tentu lebih dari sekedar sholeh, mereka adalah orang-orang bertaqwa yaitu para Muqarabin (orang dekat/karib dengan Allah) dan para Shadiqqin (orang yang sangat membenarkan). Lalu pertanyaan selanjutnya, saat ini di manakah kita bisa jumpai orang-orang seperti ini?

4. Weteng Iro ingkang Luwe ( Perut yang berlapar-lapar / Perbanyak Puasa)

Berpuasa tentu bukan sekedar berlapar-lapar. Puasa yang berkesan kepada akhlak, tentu tidak hanya lahiriahnya saja yang berpuasa. Tetapi juga penglihatan, pendengaran, perilakunya ikut terkawal. Disertai ruh ibadah berupa rasa ber-Tuhan dan rasa kehambaan yang tajam. Ibadah tanpa ruh akan menjadi ibadah 'bangkai'. Bangkai, kita pun tidak mau menyentuhnya. Ibadah 'bangkai', akankah Tuhan menerimanya? Karena itulah Rasulullah mengingatkan bahwa betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.

5. Dzikir Wengi ingkang Suwe ( Dzikir Malam yang panjang)

Dzikir sulit istiqamah kalau tidak dalam disiplin tertentu. Dzikir yang didisiplinkan ini disebut wirid. Wirid ini bermanfaat dalam tumbuhnya kekuatan ruhani. Oleh karena itu, dalam sebuah perjuangan biasanya ada wirid-wirid yang diamalkan. Rangkaian wirid sebaiknya terhubung Rasulullah. Artinya, wirid tersebut disusun oleh Rasulullah dan diberakan kepada seseorang untuk kemudian diberikan kepada orang lain lagi dengan silsilah yang jelas. Wirid yang terhubung dengan Rasulullah inilah yang menjadi asas sebuah tarekat. Ahli tarekat pula yang lazim mengamalkan dzikir wingi ingkang suwe.

Tapi di tengah zaman yang super sibuk ini tidak sempat lagi jika kita berwirid seperti misalnya wirid jaman Iman Ghazali. Tuntutan jaman ini sudah berbeda dengan jaman-jaman sebelumnya. Kita dituntut berjuang di tengah-tengah masyarakat global untuk memperbaiki semua aspek dalam masyarakat. Oleh karena itu, sebagaimana lazimnya muncul sebuah wirid dan tarekat di suatu jaman sebagai motor ruhani bagi perjuangan di jaman tersebut, maka sudah seharusnya ada satu rangkaian wirid yang sesuai dengan tuntutan dunia hi-tech yang super sibuk ini. Sebagai sebuah dzikir yang akan mengobati hati dan menjadi kekuatan ruhani bagi perjuangan Islam di akhir jaman.

Jika kita pahami, ternyata mengobati penyakit hati masyarakat akhir zaman adalah sesuatu hal yang sangat sulit karena setiap permasalahan berkaitan satu sama lain. Sebagai contoh, baik buruknya akhlak seseorang ditentukan oleh hatinya. Hati adalah raja dalam diri. Sedangkan hati ini ditempa oleh makanan. Makanan yang haram akan mengotori hati. Hati yang kotor sulit menerima kebenaran. Artinya, jika kita ingin memperbaiki akhlak kita tentulah kita harus menjaga apa yang kita makan. Begitu juga jika kita ingin memperbaiki masyarakat. Di jaman ini adakah jaminan bahwa makanan yang kita makan kita bebas dari unsur-unsur yang haram? Baik secara zatnya maupun secara maknawi. Misalnya, adakah yang bisa memastikan bahwa uang yang kita pergunakan untuk memperolehnya bebas dari unsur riba? Tentu sulit untuk memastikannya.

Bahkan tanpa kita sadari uang kertas yang kita miliki pun adalah sebuah simbol riba yang sitematis. Karena nilai nominalnya yang berbeda dengan nilai intrinsik (nilai bahan) maka daya tukarnya sangat bergantung kepada pihak yang menerbitkannya. Dalam hal ini adalah pemerintah. Jika terjadi inflasi maupun deflasi maka terjadi perubahan daya tukar uang terhadap barang. Ada selisih antara usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu nilai nominal uang sebelum inflasi/deflasi dengan hasil tukar uang tersebut setelahnya. Riba? Wajarlah jika masyarakat kita sulit keluar dari kerusakan akhak dan moral.

Oleh karena itu, untuk bisa mengobati hati masyarakat perlu adanya sebuah solusi yang menyeluruh di semua bidang kehidupan. Dari sistem ekonomi, pendidikan, kebudayaan, politik, dst. Yang mampu menghadirkan satu sistem yang benar di antara sistem yang telah rusak dan menjadi sumber permasalahan. Mungkin hanya orang-orang khusus yang dipilih Allah saja yang mampu menghadirkan formulasi yang tepat untuk penyelesaikan seluruh permasalahan di jaman ini. Jika tidak maka maka "Tombo Ati" memang hanya tinggal syair legendaris berusia setengah millenium.

Semoga apa yang saya bagi kali ini bermanfaat.
Download Lagu


By Haris HS
A Short Description about youself







Stay Connected With Us
Feed Icon Twitter Icon Facebook Icon Google+ Icon Youtube Icon


Share and Spread Share On Facebook +1 This Post Digg This Post Stumble This Post Tweet This Post Tweet This Post Tweet This Post Save Tis Post To Delicious Share On Reddit Bookmark On Technorati


Related Articles

JOIN THE DISCUSSION

Any feedback, questions or ideas are always welcome. In case you are posting Code ,then first escape it using Postify and then paste it in the comments

0 comments: